Jumat, 21 November 2008

BAHAYA SEK BEBAS DIKALANGAN REMAJA

Fenomena seks bebas yang terjadi di masyarakat sekarang, ternyata tidak hanya melibatkan orang-orang dewasa. Pelajar SMP dan SMA yang juga biasa disebut ABG, bisa saja jadi salah satu yang terlibat. Keterlibatan pelajar dalam fenomena seks bebas ini, tentunya bikin semua pihak geregetan. Entah itu orang tua, guru, pemuka agama, tokoh

masyarakat, bahkan dari pihak pelajar sendiri. Seks bebas memang jadi momok yang menakutkan, khususnya bagi kalangan orang tua. Iya lah. Hari gini, siapa yang tidak khawatir atas fenomena yang satu ini. Free sex atau yang lazim disebut dengan seks
bebas, sebenernya hanya istilah yang populer di Indonesia.

Hubungan seksual ternyata mempunyai arti yang luas dan banyak. Tidak hanya intercourse, yang baru boleh dilakukan setelah menikah nanti. Pegangan tangan dengan lawan jenis pun sudah termasuk aktivitas seksual paling ringan yang sering dilakukan remaja saat ini. Setelah pegangan tangan, ada tahap meraba, kemudian kissing, necking, petting, dan diakhiri dengan intercourse. Tahapan yang dinilai mulai memasuki area berbahaya adalah kissing. Kissing ini juga terbagi dalam dua kategori. Kategori basah dan kering. Kissing kering itu seperti ciuman ke pipi atau ke kening. Sedangkan
kategori basah itu ciuman bibir ke bibir. Selanjutnya, ada yang disebut necking (saling merangsang daerah leher ke bawah, dengan rabaan atau ciuman), petting (saling menggesekkan alat kelamin, dengan atau tanpa pakaian), dan terakhir intercourse.

Terlebih saat ini remaja/ABG di Cilacap seperti sudah fasih dengan istilah “bojo”, padahal mereka baru tahap pacaran atau bahkan sekedar cinta monyet. Dengan istilah bojo tersebut seolah mereka sudah bebas melakukan apa saja. Dengan melakukan salah satu aktivitas seksual tersebut, meski yang paling ringan sekalipun, remaja bisa terbawa ke jenjang yang lebih intens. Mungkin awalnya hanya pegang tangan. Kemudian cium kening. Tapi selanjutnya, mungkin remaja bisa terbawa suasana, dan hal yang (tidak)
diinginkan pun terjadi. Kesenangan yang hanya sesaat. Kalimat itu mungkin tepat untuk
remaja/ABG yang pernah terjerumus ke dalam fenomena seks bebas ini. Kalau boleh menghakimi, tidak ada dosa yang tak berbalas. Sama kayak seks bebas ini. Awalnya terasa indah, dan tidak terlupakan. Tapi implikasinya? Tidak sedikit, pelaku seks bebas ini mengalami hamil di luar nikah, terkena penyakit menular seksual, bahkan sampai tertular virus HIV. Selain itu, yang mengalami trauma berkepanjangan gara-gara
ditinggal pacar setelah ML juga banyak.

Salah satu yang turut mempengaruhi kehidupan seks bebas dikalangan pelajar saat ini yakni maraknya sinetron remaja yang ditayangkan oleh televise yang kebanyakan hanya menjual mimpi dan kurang mendidik.Misalnya, sinetron ABG yang yang menceritakan lika-liku kehidupan remaja, terutama dalam kehidupan percintaannya. Sebagian besar scene yang ditayangkan setting-nya terjadi di sekolah. Sayangnya sinetron itu sepertinya hanya menggambarkan sekolah sebagai tempat ajang kongkow bareng teman-teman dan tempat pacaran. Kurang ditonjolkan fungsi utama sekolah sebagai suatu wadah pendidikan. Artis muda yang berperan di sinetron itu pun mencerminkan sikap siswa kurang wajar. Sebagai siswi sekolah, mereka menggunakan make up, lengkap dengan blush on plus eye shadow. Seragam yang dipakai pun terlampau ketat dan rok abu-abu yang dikenakan sekilas seperti rok mini. Bahkan aksesoris yang dipakai pun terlampau berlebihan untuk seorang pelajar, seperti ikat pinggang model spike dan gelang-gelang
berbagai bentuk.

Sekolah menjadi lebih mirip sebuah tempat pergelaran fashion show dibanding sebuah institusi pendidikan. Sialnya remaja putri saat ini banyak yang mengadaptasi hal-hal yang digambarkan oleh sinetron itu. Umumnya mental remaja belum stabil. Yakni, sifat meniru dan coba-cobanya masih besar ketimbang sikap waspada dan takut dosa. Dan, fakta yang satu ini bakal bikin kita nggak habis pikir. Kenapa? Sebab, banyak juga kalangan remaja Cilacap yang melakukan seks bebas di sembarang tempat meski seks bebas ringan sekalipun. Tepatnya tidak peduli kapan dan di mana dia berada. Aku mencoba menelusuri tempat-tempat terbuka yang diindikasi sering digunakan seks bebas oleh kalangan remaja saat malam minggu maupun hari biasa. Beberapa diantaranya seperti sekitar taman Ahmad Yani di Medan, saat jelang magrib beberapa pasang remaja tengah asyik sambil duduk diatas motor atau pun diatas pasir mereka seolah tidak lagi peduli dengan keberadaan orang ada disekitarnya. Tempat lain seperti taman Gajah Mada, saat malam minggu, tampak beberapa pasangan remaja duduk-duduk diatas sepeda motor dan biasanya mereka memilih ditengah lapangan yang jauh dari pandangan mata dengan kondisi yang remang-emang. Bahkan tidak sedikit yang menggunakan warnet sebagai tempat untuk memadu kasih, terutama warnet yang dengan model sekat
tertutup.

Fenomena tersebut sungguh sangat memprihatinkan. Bicara tentang upaya penyelesaian perilaku seks remaja yang kian menggila ini tak cukup dengan di seminar, tulisan-tulisan, pesan-pesan moral, dan nasihat belaka yang sifatnya normatif. Bukan hanya itu, dan memang tidak cukup hanya dengan itu. Kenapa? Karena kondisi masyarakat yang amburadul ini lebih disebabkan karena kegagalan sistem kehidupan yang mengaturnya. Faktor orang tua yang sibuk sehingga kurang perhatian juga perlu disikapi dan lingkungan masyarakat yang cuek serta perananan media.

Tidak ada komentar: