Selasa, 25 November 2008

TRADISI "ANTAR AJUNG" MASYARAKAT PALOH

Salah satu tradisi masyarakat desa tanah hitam kecamatan paloh kabupaten Sambas adalah kegiatan Antar Ajong. Menurut tetua-tetua masyarakat paloh bahwa kegiatan antar ajong ini bermula karena adanya tanda-tanda yang diterima oleh masyarakat bahwa sudah saatnya untuk bercocok tanam padi (bersemai). Melalui masyarakat yang dituakan maka dilakukan muasyawarah masyarakat untuk menentukan hari atau tanggal pelaksanaan antar ajong. Apabila telah disepakati maka masyarakat secara bersama-sama mempersiapkan segala perangkat yang diperlukan khususnya untuk mencari kayu atau pohon dihutan kampung yang tepat untuk dijadiklan bahan ajong tersebut. Dalam menentukan pohon tersebut terlebih dahulu dilakukan renungan oleh tetua untuik mendapatkan petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa dengan melakukan pembacaan doa bersama. Apabila kayu tersebut sudah ditemukan maka dilakukan pengasapan atau pembersihan kayu tersebut dari roh-roh yang jahat, dengan harapan agar kayu tersebut tetap mampu membawa segala beban yang terdapat dalam ajong tersebut.

Pembuatan ajong tersebut dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong dari mulai memotong, membelah bahkan hingga mengecat serta memberi bentuk layar ajong tersebut. Apabila ajong sudah selesai dilaksanakan, maka dilakukan penurunan ajong pada parit kecil sebagai ujud pengadaptasian untuk mengarungi lautan luas. Waktu dilakukan pelepasan antar ajong kelautan lepas, terlebih dahulu semua ajong-ajong punya masyarakat itu disusun secara sejajar dipiinggir pantai dengan corak dan warna yang sangat bervariasi. Karena kegiatan antar ajong sudah merupakan tradisi masyarakat Paloh, maka seluruh masyarakat petani khususnya di daerah tersebut akan datang berduyun untuk menyaksikan prosesinya yang untuk mengetahui bagaimana perjalanan ajong-ajong tersebut menuju lautan lepas. Namun sebelum ajong dilepas terlebih dahulu diantar dengan tradisi joget dan bahkan pencak silat yang diiringi dengan bunyi-bunyian gendang tradisional masyarakat setempat. Pelepasan ajong harus dilakukan secara serentak oleh pemilik ajong yang merupakan wakil dari masing-masing dusun, ajong tersebut digiring kebibir laut yang selanjutnya akan terbawa arus menuju lautan lepas. Proses perjalanan ajong-ajong tersebut mempunyai arti yang apabila waktu dilepas mengalami tingkat kesulitan untuk berlayar maka diasumsikan masih adanya rasa belum keikhlasan begitu juga sebaliknya apabila ajong tersebut melaju secara cepat dengan tanpa hambatan maka diasumsikan bahwa masa tanam masyarakat akan mengalami masa jayanya. Sebagai informasi bahwa ajong yang didesain seperti layaknya perahu layar tersebut juga diisi dengan beberapa muatan seperti telur ayam, ratih, beras kuning dan sebagainya. Tujuan umum dari tradisi antar ajong adalah merupakan proses mengantarkan sementara para pengganggu tanaman-tanaman padi yang akan ditanam oleh masyarakat agar dapat pergi dalam sementara waktu. Prosesi antar ajong ini ada tiga fase yang pertama prosesi antar ajong seperti yang disebutkan di atas dan fase kedua adalah masa pemberiatahuan dari penghuni ajong yang biasanya ada isyaraat enam bulan kemudian yang intinya memberitahukan bahwa sudah saatnya musim panen dilakuklan, dan ini akan diiringi dengan masa makan empinh bersama-sama antar masyarakat secara terbuka dan fase ketiga adalah masa antar upeti ke Istana dengan bahan-bahan seperti beras kuning, beras pulut, retih, emping dan padi yang jumlahnya serba sedikit sebagai syarat, biasanya dilakukan pada akhir tahun atau akhir masa panen padi.

Rentetan antar ajung dapat dijelaskan sebagai berikut : Kayu untuk membuat ajung telah disiapkan dari kayu pelaek atau sejenisnya. Kemudian dibuat menjadi perahu yang berukuran kecil lengkap dengan layarnya. Sehari sebelum ajung diantar didahului oleh kegiatan yang disebut ratib, yaitu suatu kegiatan mengagung-agungkan asma Allah disertai doa selamat dan doa tolak bala. Pada malam harinya dilanjutkan dengan acara mengisi ajung, yaitu ajung diisi dengan bermacam-macam wabe atau hama penyakit. Baik penyakit untuk tanaman, ternak maupun penyakit yang bisa menjangkit kepada manusia. Pada malam itu pula disediakan air untuk mandi benih. Setelah antar ajung barulah air tersebut dibagikan kepada masyarakat untuk memandikan padi yang akan disewakan. Keesokan harinya baru ajung diturunkan diluncurkan kelaut dengan maksud membawa bermacam-macam wabah penyakit dan bagi desa yang ditinggalkan menjadi aman dan tentram mendapatkan rizki yang berlimpah dari Allah SWT (hasil panen yang berlimpah).

Oleh sebab itu melihat dari potensi tradisi budaya tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sambas melalui Dinas Komunikasi Budaya dan Pariwisata merencanakan untuk mengagendakan kegiatan Antar Ajong tersebut sebagai salah satu agenda budaya di tahun 2007, yang diyakini akan mampu menarik para wisatawan baik domistik maupun manca negara untuk ikut menyaksikan tradisi tersebut.

1 komentar:

Edja Dayat mengatakan...

macam iye iye u tu tau ndak.......................